banner 728x250.
News  

Pameran Seni Tingkat Internasional Digelar di Bandung, Karya Prof. Dr. Rudy Harjanto Sukses Menarik Perhatian

Paameran Lukisan Prof Dr Rudy Harjanto 3
Paameran Lukisan Prof Dr Rudy Harjanto 2
Paameran Lukisan Prof Dr Rudy Harjanto 5
Paameran Lukisan Prof Dr Rudy Harjanto 1
Paameran Lukisan Prof Dr Rudy Harjanto 4
banner 728x250. banner 728x250.

BANDUNG – Pameran seni tingkat internasional, Nuansa Rupa International Contemporary Art Exhibition, di gelar di Bandung. Salah satu yang menarik perhatian adalah karya lukis dari Prof. Dr. Rudy Harjanto.

Pada pagelaran yang dihelat 14-28 Juni 2022 di Gastro Market Bandung Grand Central ini, Prof. Rudy menampilkan dua karya menawan yang menggunakan ‘Teknik Lukisan Kaca Cirebon.’

Teknik ini merupakan seni lukis yang menggunakan media kaca dengan cara melukis dilakukan terbalik atau melukis di bagian belakang. Sementara hasil lukisannya bisa dilihat dari bagian depan. 

Istilah lain yang digunakan untuk merujuk pada seni lukis dingin dan penyepuhan di bagian belakang kaca adalah verre églomisé, dinamai dekorator Prancis Jean-Baptiste Glomy (1711–86), yang membingkai cetakan menggunakan kaca yang telah dicat terbalik.  

Mengambil objek bunga matahari, karya pertama diberi judul ‘Persahabatan.’ Pada karya dengan akrilik dan pewarnaan akrilik dengan ukuran 62 cm x 82 cm tersebut, Prof. Rudy memperlihatkan lukisan bunga matahari mekar yang selalu bergerak mengikuti arah matahari. Hal ini melambangkan makna kepatuhan serta kesetiaan tanpa pernah menunjukkan pembangkangan. 

“Bunga matahari membawa kegembiraan murni yang mengantarkan makna-simbol umur panjang dan keberuntungan, hidup penuh vitalitas dan kelimpahan kecerdasan, merujuk kepada sebuah sebuah persahabatan yang abadi,” paparnya.

Sementara pada karya kedua berjudul ‘Optimisme’ yang menggunakan akrilik dan pewarnaan akrilik dengan ukuran 62 cm x 82 cm, Prof Rudy menggambarkan bunga matahari sebagai simbol sifat optimis dan semangat yang tinggi. Bunga matahari, lanjut Prof. Rudy, seakan bisa memberikan energi positif bagi siapa saja yang memandangnya dan mampu selalu memberikan kehangatan bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di alam semesta. 

“Layaknya matahari yang akan selalu menyinari alam semesta dan tidak pernah padam. Bunga matahari tampak begitu kuat dan tidak mudah rapuh yang melambangkan sifat tegar, optimis menuju hari esok,” jelas Prof. Rudy.

Selain dua karya dari Prof. Rudy, Nuansa Rupa International Contemporary Art Exhibition juga menampilkan karya-karya dari artis internasional seperti Cira Bhang (Prancis), Dudi Arte (Italia), Hagopian (Argentina), Halima Aziz (Palestina), Karina D. Simon (Singapura), Libardo Mojica (Kolombia), Maya Mekira (Jepang), Michal Avrech (Israel), dan Natalia March (Inggris).

Tampil pula karya dari seniman internasional lain seperti Nesar Ahmad (Afganistan), Nicole Mehika (India), Regina Kehrer (Jerman), serta Judith Valencia & Marco (Italia). Dengan kurator A.K Patra Suwanda, karya-karya seniman internasional ini hadir bersama karya-karya dari puluhan seniman berbakat Indonesia.

Bersamaan dengan Nuansa Rupa International Contemporary Art Exhibition, digelar pula beberapa rangkaian acara seperti International Art Symposium ‘Diversity In Contemporary Art’, artist talk dan workshop bertema ‘Art and Feminism Spirit, bincang seni ‘Fenomena Budaya Kebaya, Dulu, Kini dan Nanti’, serta berbagai performance art.

Prof. Rudy sebagai keynote speaker dalam simposium tersebut menjelaskan bila seni adalah ekspresi perasaan pencipta yang dikomunikasikan kepada orang lain, sehingga mereka dapat merasakan apa yang dirasakan para seniman.

Karena itulah, lewat sebuah proses kreatif seorang seniman bisa mengutarakan gagasan, imajinasi hingga pengalaman batin yang merupakan ekspresi seniman dalam menyalurkan visi misi, opini, emosi, dedikasi hingga cinta, yang mampu berkomunikasi dengan penikmatnya. Di sini, seni menjelma menjadi sebuah sarana komunikasi dan membangun jalinan silahturahmi persahabatan. 

“Dalam payung keindahan, seni mampu menyatukan manusia meski kita semua berbeda bangsa, negara, wilayah tempat tinggal atau garis-garis demarkasi lain yang biasanya melahirkan perbedaan budaya,” kata Prof. Rudy.

“Saya berharap, dengan pameran ini, kita semua bisa berbagi pengetahuan, pengalaman dan tentu saja keindahan. Karena saya yakin, dengan seni kita bisa menebarkan keindahan dan kebahagian di tengah dunia yang semakin menyesakkan,” pungkas Prof. Rudy. (*)