Samarinda, Global-Satu – Kejadian viral disosial media heboh antara pengemudi motor online berjenis aplikasi Maxim dengan penumpang anak-anak yang diduga mendapat pukulan telah terselesaikan secara mediasi yang dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Kalimantan Timur (TRC PPA Kaltim).
Diketahui, kedua orang tua anak-anak menghubungi tim TRC PPA Kaltim untuk membantu menyelesaikan permasalahan kedua anak, R (9) dan R(10) dengan pengemudi motor online maxim.
“Kami diarahkan untuk menghubungi TRC PPA Kaltim agar dapat menangani masalah yang kami hadapi,” jelas Marina Tri Astuti selaku ibu salah satu anak R (9).
Rina Rafi sapaan akrabnya, menceritakan secara singkat, jika kejadian yang dialami kedua anak yaitu anak R(10) dan R (9) saat bermain-main dan tertawa di atas kendaraan bermotor saat diantar pulang oleh pengemudi tersebut.
“Namun, anak-anak menceritakan kepada saya pengemudi tersebut tiba-tiba marah dan memukul anak-anaknya sambil berteriak “diam”,” jelas Rina Rafi sapaan akrabnya.
Lebih lanjut, pada Jumat, 23/8/2024, Ketua TRC PPA Kaltim, Rina Zainun beserta tim melakukan mediasi langsung dengan mendatangkan kedua belah pihak, baik dari pengemudi motor online maupun kedua orang tua anak. Mediasi dilakukan di rumah orang tua kedua anak di daerah Sambutan, Samarinda.
Pada sesi mediasi, pengemudi motor online Maxim, M.Syahbudin menjelaskan, jika perbuatan yang dilakukan bukan tindakan kekerasan melainkan menegur karena kedua anak tidak duduk diam diatas motor.
“Maksud saya bukan bermaksud memukul, karenakan bergerak-gerak diatas motor, kondisi anak-anak memegang es, saya takut ini anak jatuh, jadi saya suruh diam sambil menepuk paha sebelah kiri. Karena saya mengutamakan keselamatan penumpang,” jelas Syahbudin.
Syahbudin juga menuturkan permohonan ampun atas tindakan yang dilakukan, sempat mengakibatkan salah paham dan kedua orang tua sempat emosi mendengar peristiwa yang dialami kedua anak tersebut.
“Saya minta maaf yang setulus-tulusnya kepada pihak keluarga atas kesalahpahaman ini, ini menjadi pelajaran buat saya,” ucap Syahbudin didepan keluarga kedua anak.
Di sesi yang sama, Rina Rafi menjelaskan, jika pihaknya tidak bermaksud mengintimidasi pengemudi motor (M.Syahbudin).
“Karena sejujurnya tindakan yang dilakukan agar dapat bertemu langsung dengan pengemudi dan mendapat penjelasan dari pihak pengemudi motor,” jelas Rina Rafi, ibu dari anak R (9).
Ditambahkan Wulan Savitri, orang tua anak R (10) tujuan memviralkan untuk dapat bertemu dengan pengemudi agar dapat penjelasan tidak dari satu pihak.
“Kita ini kan orang tua mendengar anak dipukul sempat emosi, namun bukan berarti mengikuti apa kata netizen langsung melapor polisi tetapi ingin bertemu dengan pengemudi agar dapat klarifikasi,” jelas Savitri.
Savitri mengucapkan, perkenankan menerima maaf dari pihaknya mewakili keluarga, karena kesalahpahaman yang terjadi kepada pengemudi motor online.
“Kami minta maaf dari pihak keluarga karena penyampaian dari anak-anak terjadi miss komunikasi dan nama bapak ikut sempat tercoreng, maaf jika ada yang salah kata, kita saling memaafkan karena sama-sama salah karena hanya mendengarkan satu pihak dari anak,” jelas Savitri.
Pihak keluarga kedua anak juga mengapresiasi TRC PPA Kaltim, karena telah membantu menjembatani masalah yang dihadapi oleh kedua belah pihak.
“Akhirnya ini kami bertemu di dampingin oleh TRC PPA Kaltim, berjalan damai, masalah sudah jelas selesai, kami berterimakasih juga kepada TRC PPA Kaltim telah membantu menghubungkan kepada bapak pengemudi dan membantu kami menengahi masalah ini,” ucap Savitri secara tulus mewakili pihak keluarga kedua anak.
Dikonfirmasikan kepada Ketua TRC PPA Kaltim, Rina Zainun merasa bersyukur karena kedua belah pihak dapat kooperatif untuk bisa saling mendengarkan satu sama lain sehingga terselesaikan masalah ini.
“Alhamdulillah damai, dan selama ini kami jika ada kasus seperti ini, kami terbuka untuk jalur mediasi. Kita harus dengar dulu dari si terlapor tadi agar supaya kami bisa tahu dari kedua belah pihak itu seperti apa, agar saat memediasikan kami sudah paham apa yang harus kmi lakukan,” jelas Rina.
Rina juga menyarankan kepada penumpang , orang tua anak-anak maupun pengemudi motor jika menerima aduan seperti masalah yang terjadi tidak langsung mudah tersulut emosi.
“Karena efek dari media sosial itu bisa berdampak ke pekerjaan maupun kesalahpahaman para kedua belah pihak maupun masyarakat yang menonton,” sarannya.
Terutama kepada anak-anak, Rina menuturkan saat diatas kendaraan bemotor, tidak banyak bergerak-gerak, tidak melakukan gurau dijalan sebab tanggung jawab pengemudi online ini adalah keselamatan penumpang.
“Orang tua dapat memberikan pemahaman kepada anak-anak, berpeganganlah jika tidak mau berpegangan pada badan seseorang yang tidak dikenal, berpegangan pada bagian jok motor dibelakangnya, dan tidak menelan mentah-mentah apa yang dilaporkan oleh anak-anaknya,” tutur Rina.
Kepada pengemudi motor online, Rina memberikan saran pihak pengemudi online merupakan layanan jasa, jika memiliki masalah dirumah atau dengan orang lain, dalam kondisi apapun harus tetap ramah dan tidak boleh melampiaskan amarah dan berbicara nada tinggi atau berteriak kepada penumpang.
“Tetap menjaga yang namanya jarak antara penumpang dan pengemudi, saling menjaga semuanya,” pungkasnya.