BERAU, Global-Satu.Com — Petani yang tinggal di pesisir selatan Kabupaten Berau mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai ketidakmerataan distribusi bibit unggul dan pupuk bersubsidi.
Anggota DPRD Berau, Frans Lewi yang juga berprofesi sebagai petani menjelaskan bahwa bantuan dari pemerintah sering kali hanya diberikan kepada petani yang tergabung dalam kelompok tani, sementara banyak petani mandiri kesulitan untuk mengaksesnya.
Meskipun telah bertani selama delapan tahun di wilayah tersebut, ia menyatakan bahwa dirinya dan banyak petani lainnya belum pernah menerima bibit unggul atau pupuk bersubsidi dari pemerintah.
“Selama delapan tahun saya bertani di sini, saya belum pernah mendapatkan pupuk bersubsidi atau bibit unggul dari pemerintah. Bantuan tersebut hanya diberikan kepada petani yang tergabung dalam kelompok tani,” kata Frans, Kamis (31/10/2024).
Menjelang pemilihan Bupati mendatang, ia berharap agar calon pemimpin yang terpilih dapat menghadirkan program yang lebih inklusif untuk mendukung petani di pesisir. Ia berharap calon Bupati yang terpilih nanti bisa merancang program untuk memberikan bibit unggul dan pupuk bersubsidi kepada seluruh petani. Kami sangat membutuhkan dukungan agar alat pertanian, bibit, dan pupuk lebih mudah diakses.
Permasalahan yang sama juga dialami di Desa Tembudan, yang memiliki sekitar 800 Kepala Keluarga (KK) namun hanya ada empat kelompok tani dengan batas maksimal 30 KK per kelompok. Hal ini menyebabkan distribusi bantuan pemerintah tidak merata, sehingga banyak petani yang tidak mendapatkan akses.
“Di Tembudan, dari 800 KK, hanya ada empat kelompok tani. Kami perlu mendorong pembentukan lebih banyak kelompok tani agar distribusi pupuk dan bibit bisa lebih merata,” imbuhnya.
Ia juga menekankan bahwa minimnya dukungan dari pemerintah menjadi salah satu faktor lambatnya pembentukan kelompok tani di masyarakat. Dalam kapasitasnya sebagai anggota dewan, ia berkomitmen untuk membantu masyarakat dalam membentuk lebih banyak kelompok tani.
“Tidak ada yang memfasilitasi atau mendorong masyarakat untuk membentuk kelompok tani, sehingga mereka kesulitan melakukannya sendiri. Ini akan menjadi fokus saya sebagai anggota dewan, untuk memfasilitasi masyarakat agar dapat tergabung dalam kelompok tani dan mendapatkan akses ke bantuan pemerintah,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti potensi sektor kelapa sawit yang besar di Berau, yang dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan. Ia mendorong petani untuk segera memanfaatkan lahan kosong yang ada dan berharap pemimpin daerah selanjutnya mendukung kemudahan akses terhadap bibit dan pupuk.
Terakhir, ia berharap petani sawit, khususnya, dapat lebih berkembang karena sawit merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi Berau. Ia juga mengimbau petani yang memiliki lahan kosong untuk segera mengolahnya, serta berharap pemimpin daerah ke depan mempermudah akses distribusi bibit dan pupuk.
Nada/Rdk/Adv