banner 728x250.banner 728x250.

Gagal Jual, Penyebab Utama Lesunya Semangat Bertani di Berau.

banner 728x250. banner 728x250.

Berau, Global-satu.com – Pembeli hasil produksi pertanian di berau masih menjadi persoalan bagi para petani lokal, salah satunya yang berada di wilayah kecamatan gunung tabur.

Hal ini dikeluhkan oleh para petani yang berada di kampung merancang ilir dan melati jaya, Kabupaten Berau yang hanya mengkonsumsi hasil pertaniannya sendiri. Adapun bisa terjual jika ada yang ingin membeli seperti beras dihargai Rp14 Ribu per kilonya.

“Kalau tidak ada yang beli, bisa tersimpan lama. Saya pernah menyimpan hingga 2 tahun lamanya karena dikonsumsi sendiri tidak habis, mau dijual, tidak ada yang beli,” ucap Umar salah satu petani padi Berau, Minggu (12/01/2025).

Menanggapi hal tersebut, Akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul), Purwadi Purwoharsojo, yang juga sempat melakukan kajian atau roadmap ketahanan pangan di Kabupaten Berau, menjelaskan bahwa salah satu persoalan yang ia dapatkan ketika petani sukses panen, yang sering terjadi adalah gagal jual.

Ia mengatakan bahwa pemerintah daerah harus menyiapkan pasar untuk para petani lokal. Hal ini bertujuan agar petani lokal dapat bertarung di pasaran.

“Akhirnya berdampak kurangnya semangat bertani dong. Contoh jepang deh, berapapun panennya dibeli dengan harga yang mahal.” Katanya, Senin (13/01/2025).

Sehingga Purwadi berharap pemerintah dapat menyiapkan pasar untuk petani, jangan hanya selalu mengimpor produk pertanian yang menyebabkan petani lokal tidak dapat bertarung di pasaran.

Senada dengan itu, Ketua Tim Pelaksana Kelompok Kerja Ahli Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Timur, Bernatal Saragih, menjelaskan bahwa penerapan strategi berbasis pasar atau market-driven menjadi tantangan utama dalam produksi pangan. Menurutnya, pendekatan ini diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan pemasaran hasil panen yang kerap dihadapi petani.

Dirinya juga mengatakan bahwa pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Berau, perlu memberikan dukungan nyata terhadap koperasi tani dan kelompok tani (gapoktan). Dukungan ini mencakup penguatan peran koperasi dalam mengelola hasil panen, penyediaan fasilitas penyimpanan, serta peningkatan infrastruktur transportasi guna memperlancar distribusi hasil tani ke pasar.

Bernatal juga menyoroti pentingnya memanfaatkan teknologi dan pasar digital. Dengan mendorong petani dan koperasi untuk menggunakan platform e-commerce, hasil produksi dapat menjangkau konsumen lebih luas. Selain itu, penyediaan teknologi pengolahan dan penyimpanan modern diperlukan untuk menjaga kualitas hasil panen agar tetap kompetitif di pasar.

Ia menambahkan, kemitraan antara petani, koperasi, dan pelaku usaha seperti pengusaha beras atau perusahaan logistik juga perlu dikembangkan. Selain itu, pemerintah dapat memperkuat peran Bulog dalam menyerap hasil panen dengan harga yang menguntungkan bagi petani, sembari memastikan mutu beras tetap terjaga agar diterima dengan baik oleh pasar.

Indra/Rdk