BERAU, Global-satu.com – Setelah puluhan tahun mengabdi sebagai guru honorer di pelosok Kalimantan Timur, Margareta Daina Seriang (56), guru di SMPN 03 Tumbit Melayu, akhirnya mendapat kepastian status.
Ia termasuk dalam 1.462 pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang dilantik oleh Bupati Berau, Sri Juniarsih, pada Senin (21/04/2025), bertepatan dengan peringatan Hari Kartini.
Namun, kebahagiaan itu datang terlambat. Di usianya yang telah menginjak 56 tahun, Margareta hanya memiliki waktu dua tahun tersisa sebelum memasuki masa pensiun.
“Sekarang sudah 56 tahun, jadi dua tahun lagi pensiun,” ujarnya lirih.

Margareta memulai perjuangannya dari Flores, merantau ke Samarinda pada 1993 untuk menempuh pendidikan di IKIP PGRI Samarinda. Namun karena kendala administratif, ijazahnya baru rampung tahun 2000. Saat ia mencoba mendaftar dalam pengangkatan massal untuk lulusan SPG di Berau, kesempatan itu sudah tertutup.
“Saya datang terlambat. Setelah itu, saya hanya bisa mengajar secara honor di sekolah-sekolah swasta dan PAUD,” kenangnya.
Margareta sempat mengajar di SMP Swasta Informatika Suaran pada 2009–2013, lalu berpindah ke PAUD Teratai Meraang hingga 2018, sebelum akhirnya ditugaskan sebagai guru agama Katolik di SMPN 03 Tumbit Melayu. Namun lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa ijazahnya dari Fakultas Ekonomi tidak linear dengan mata pelajaran yang ia ajarkan.
Karena ketidaksesuaian itu, ia berkali-kali gagal mengikuti seleksi CPNS maupun PPPK. Baru tahun ini, setelah membuka formasi yang relevan, Margareta berhasil lolos sebagai PPPK.
“Harapan saya, meskipun tinggal dua tahun, setidaknya ada tunjangan atau pesangon saat pensiun nanti,” harapnya.
Ia juga menyuarakan aspirasi bagi guru-guru muda agar mendapat kesempatan lebih luas, serta mendorong pemerintah untuk lebih adil dalam distribusi tenaga pendidik.

“Di kota, guru menumpuk. Di pedalaman, ada sekolah yang hanya punya dua sampai tiga guru. Pemerataan guru ini sangat penting,” katanya.
Ia juga menyinggung pentingnya penyediaan rumah dinas di daerah terpencil. Di tempatnya mengajar, fasilitas itu masih dalam tahap perencanaan.
Meski waktunya terbatas, pengangkatan sebagai PPPK menjadi bentuk penghargaan yang berarti bagi Margareta. Di tengah keterbatasan, ia tetap menjadi simbol dedikasi dan ketulusan.
“Cintai anak-anak, tetap semangat mengajar, dan semoga kesejahteraan guru ke depan makin diperhatikan,” ujarnya.
Indra/Rdk